Kota Bekasi


Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, yang terletak di lingkungan megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota besar kelima di Indonesia. Kota Bekasi merupakan tempat tinggal kaum urban dan saat ini berkembang menjadi kawasan sentra industri.

Daftar isi

 [sembunyikan]

[sunting]Geografi

Secara geografis kota Bekasi berada pada ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta; berbatasan denganJakarta Timur di barat, kabupaten Bekasi di utara dan timur, kabupaten Bogor di selatan, serta kota Depok di sebelah barat daya.

[sunting]Sejarah

Kota ini sebelumnya merupakan sebuah kecamatan dari kabupaten Bekasi yang kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun1982 menjadi kota administratif Bekasi yang saat itu terdiri atas empat kecamatan yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, dan meliputi 18 kelurahan serta 8 desa. Di tahun 1996 kota administratif Bekasi kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya (sekarang "kota").
Pada awalnya perekonomian Bekasi hanya berkembang di sepanjang Jl. Ir H. Juanda yang membujur sepanjang 3 km dari Alun-alun kota hingga terminal Bekasi. Di jalan ini terdapat Pusat Pertokoan Bekasi yang dibangun pada tahun 1978, serta beberapa departemen store dan bioskop. Sejak tahun 1993, pusat perekonomian bergeser ke sepanjang Jl. Ahmad Yani dengan dibangunnya beberapa mal serta sentra niaga. Kini pusat perekonomian telah berkembang hingga Jl. K.H Noer Ali (Kalimalang), Kranji, dan Harapan Indah.

[sunting]Kependudukan

Berdasarkan sensus tahun 2007, kepadatan penduduknya kecamatan Bekasi Utara merupakan kecamatan yang terpadat di kota Bekasi dengan kepadatan 16.008 jiwa/km² dan kecamatan Mustika Jaya dengan kepadatan 4.081 jiwa/km² menjadi yang terendah.
TahunJumlah penduduk
20061.773.470
20071.800.746
Sejarah kependudukan kota Bekasi
Sumber:[1]

[sunting]Pemerintahan

Gedung DPRD Kota Bekasi
Pada tanggal 27 Januari 2008, diselenggarakan pilkada untuk memilih walikota beserta wakilnya. Pilkada diikuti oleh 3 orang pasangan calon, yaitu :
  1. Awing Asmawi-Ronny Hermawan dari Partai Demokrat
  2. Mochtar Mochammad-Rahmat Effendi (M2R) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar dan Gabungan beberapa partai kecil dan menengah
  3. Ahmad Syaikhu-Kamaludin Djaini (Suka) dari Partai Keadilan Sejahtera
Pilkada ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Mochtar Mochammad-Rahmat Effendi yang kemudian dilantik menjadi walikota dan wakil walikota Bekasi.

[sunting]Perwakilan

Berdasarkan konstitusi pada Pemilu Legislatif 2009 anggota DPRD kota Bekasi berjumlah 50 orang, yang kemudian tersusun atas perwakilan sebelas partai dan terdiri atas 43 lelaki dan 7 perempuan.
DPRD kota Bekasi 2009-2014
PartaiKursi
Partai Demokrat14
PKS10
PDI-P8
Partai Golkar6
PAN3
Partai Gerindra3
PPP2
PDS1
PBB1
PKB1
Partai Hanura1
Total50
Sumber:[2]

[sunting]Perekonomian

Dilihat dari kontribusi terhadap pendapatan daerah, keberadaan kawasan-kawasan industri di kota ini mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonominya, dengan menempatkan industri pengolahan[3], diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Meskipun sedikit, lahan pertanian juga ikut menyumbang terhadap APBD Kota Bekasi. Para petani terutama tersebar di bagian utara Kota Bekasi, yang relatif tertinggal dengan daerah di sekitar pusat kota.
Seperti halnya kota-kota besar lainnya di Indonesia, di Bekasi juga terjadi ketimpangan ekonomi. Sehingga banyak dijumpai gelandangan, pengemis, dan pengamen meskipun banyak berseliweran mobil-mobil mewah.
Kegiatan perekonomian di Kota Bekasi cukup menggeliat, hal ini terlihat dari banyaknya mal, pertokoan, bank, serta restoran yang berdiri disini. Kota Bekasi juga menjadi pilihan bagi warga Jabotabek yang hendak berwisata belanja, karena disini terdapat Mal MetropolitanMega Bekasi HypermalBekasi SquarePlaza Pondok GedeGrand MalBekasi Cyber Park, dan Bekasi Trade Centre. Pusat belanja hypermarket seperti Carrefour, Giant, Makro, dan Hypermart juga hadir di kota ini.
Perumahan mewah dengan fasilitas kota mandiri juga banyak berkembang disini, seperti Kemang Pratama dan Harapan Indah. Pengembang Summarecon Agung juga berencana membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 300 ha di Bekasi Utara.[4]

[sunting]Transportasi

Untuk melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut penumpang ke berbagai jurusan, seperti jurusan Blok M, Rambutan, Tanjung Priok, Grogol, Kali Deres, Pulo Gadung, Lebak Bulus (Dalam Kota), BandungMerakTasikmalayaCirebon, dan kota-kota di Jawa Tengah serta Jawa Timur. Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan Bekasi-Jakarta Kota/Tanah Abang/Tanjung Priok mengangkut warga kota yang bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah.
Di kota Bekasi banyak digunakan angkutan kota berupa minibus, yang berpenumpang maksimal 14 orang, yang biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga kota dari terminal Bekasi menuju perumahan di wilayah kota Bekasi. Becak-pun masih banyak ditemui di kota ini sebagai sarana angkutan dalam perumahan.
Akhir-akhir ini, sepeda tidak populer di kota Bekasi. Banyak orang beralih dari sepeda ke sepeda motor, terutama dengan makin mudahnya pengajuan kredit untuk kepemilikan sepeda motor. Hal ini mungkin disebabkan dengan berbahayanya mengendarai sepeda di tengah-tengah kendaraan bermotor yang makin memenuhi kota Bekasi. Polusi udara masih menjadi masalah di kota ini.
Kota Bekasi dilalui oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses ke kota Bekasi yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tolLingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Saat ini sedang dibangun Jalan Tol Becakayu dari Bekasi Utara-Cawang-Kampung Melayu, sebagai alternatif Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

[sunting]Masalah Umum

Sebagian besar jalan di kota Bekasi rusak parah, terutama pada musim hujan. Jalan-jalan yang rusak terutama di wilayah Bekasi Utara. Wilayah Bantar Gebang di selatan kota Bekasi yang menjadi tempat pembuangan akhir sampah, menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Kemacetan juga menjadi masalah umum kota Bekasi, hal ini kerap terjadi pada pagi dan sore hari. Penyebab kemacetan ialah kurang tertibnya para pengguna jalan terutama supir angkutan umum. Kemacetan biasa terjadi di depan pertokoan dan stasiun di Jl. Ahmad Yani, Jl. K.H Noer Ali, Jl. Sudirman, Jl. Ir Juanda, Jl. Joyomartono, dan Jl. Jatiwaringin.

[sunting]Dalam Sastra

Kota Bekasi banyak dikisahkan dalam karya-karya sastra Indonesia. Antara lain dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Kranji-Bekasi Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali Bekasi (1951). Karya-karya tersebut lahir pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, dimana kedua penulis tersebut menjadi saksi perjuangan rakyat Bekasi dalam membela kemerdekaan.

[sunting]Referensi

  1. ^ a b "Statistik Kependudukan", BPS kota Bekasi, 10 April 2010.
  2. ^ "Jumlah Anggota DPRD Kota Bekasi periode 2009 - 2014", BPS kota Bekasi, 27 Maret 2010.
  3. ^ Setyawan, T.B.; Oong A. (2002). Prospek ekonomi kota Bekasi. Lembaga Pemantau Reformasi.
  4. ^ "Summarecon Investasi Rp5 Triliun Bangun Kota Mandiri Bekasi", www.kapanlagi.com, 8 Mei 2008.

Posting Komentar