Transportasi Bekasi Buruk, Harus Bangun Jalan Layang
Transportasi Bekasi Buruk, Harus Bangun Jalan Layang
SELASA, 16 FEBRUARI 2010 | 14:01 WIB
TEMPO Interaktif, Bekasi - Urusan trasportasi di Kota Bekasi merupakan masalah serius. Masalah utamanya, infrastruktur wilayah tidak menunjang. Area perkotaan terbelah-belah oleh sungai, rel kereta, dan jalan.
Kepala Subbidang Tata Ruang dan Infrastruktur Wilayah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Dicky Irawan mengatakan gangguan paling parah terjadi di rel kereta. Setiap perlintasan membutuhkan waktu penyebrangan sekitar lima menit, memicu terjadinya kemacetan.
"Solusinya harus dibangun jembatan layang," kata Dicky kepada Tempo, Selasa (16/2).
Masalahnya, dia melanjutkan, perlintasan kereta api di Kota Bekasi belum satupun dilengkapi jalan layang. Di antaranya, jalan Bulan-bulan, Bulak Kapal, dan jalan KH. Agus Salim, yang menjadi biang kemacetan di Kota Bekasi.
Masalah aliran sungai yang menjadi sorotan adalah Kali Malang, mulai dari perbatasan Kabupaten Bekasi di sebalah timur sampai Cawang, Jakarta. Aliran air tidak optimal, sehingga sering meluap ke badan jalan.
Adapun masalah jalan, beberapa ruas tidak layak lagi dilintasi kendaraan pribadi dan harus dialihkan fungsinya untuk angkutan massal. Di antaranya, jalan Raya Pondok Gede, jalan Sultan Agung, dan jalan KH Noer Ali atau Kali Malang.
Menurut Dicky, rasio kendaraan di ruas tersebut sudah melebihi angka kritis 0,85. "Kendaraan di situ tidak lagi bisa bergerak," katanya.
Satu-satunya solusi untuk mengatasi rasio kendaraan tinggi, Dicky melanjutkan, masyarakat harus meninggalkan kendaraan pribadinya dan mulai memanfaatkan angkutan massal. Pemerintah, kata dia, sudah waktunya menyediakan fasilitas busway. "Konsep idealnya memakai bus," katanya.